Analisis Perbedaan Penulisan antara Kaidah (Man Syartiyah dan Man Istifhamiyah) dalam Pembelajaran Qaiwaid al-Imla’
Oleh : Apriana (aprianapettasolong@gmail.com)
Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Sultan Amai Gorontalo
Abstrak :
Pada umumnya banyak orang islam menyangka, bahasa Arab itu disamakan dengan Nahwu Sharaf, lalu m ereka membayangkan, kalau begitu belajar bahasa Arab itu sukar, sulit dan memusingkan otak/saraf.
Kesan, bahasa Arab itu sukar, sulit dan memusingkan kepala adalah banyak disebabkan dari kesalahan metode dalam mengajar. Sistem dan metode mengajar lama, terlalu menitikberatkan dan mengutamakan nahwu sharaf daripada Ta’bir (percakapan), Muthala’ah (membaca) dan Imla’ (menulis). Sehingga seolah-olah menyamakan bahasa Arab itu dengan nahwu sharaf itu sendiri. Dalam arti kata, jika seseorang telah mengetahui tata bahasa Arab, dengan sendirinya menguasai bahasa Arab. Padahal nahwu sharaf itu baru merupakan satu bagian dari bahasa Arab, yang tidak mesti dianggap sulit, apalagi ditakuti. Prinsip mengajarkan bahasa Arab hendaknya tidak menyulitkan. Akan tetapi buatlah anak-anak senang berbahasa Arab, jangan menyulitkan mereka.
“Mudahkanlah, dan jangan sulitkan mereka”
Kalau dalam bahasa Indonesia Qawa’id/nahwu sharaf itu searti dengan “Tata Bahasa”, dan “Grammar” dalam bahasa Inggris.
Kata Kunci : Analisis Perbedaan Penulisan antara Kaidah (Man Istifhamiyah dan Man
Syartiyah) dalam Pembelajaran Qaiwaid al-Imla’
I. Pengantar
dalam menganalisis dapat diperhatikan tata cara atau kaidah pada suatu konteks yang diteliti secara detail serta teknik dalam melakukan penelitian untuk membuat inferensi yang apat direplikasi (ditiru) dan sahih datanya.
II. Pembahasan
A. Man Syarthiyyah
adalah isim syarat yang menjazimkan, yang butuh dua fi'il yg kemudian dijazimkan, atau keduanya mempunyai bermahal jazm (jk fi'ilnya madhi), serta "Man" tsb mabni sukun.
· Mahal "Man Syartiyyah"
1) rafa' sbg mubtada': yaitu ketika fi'il syaratnya naaqis, atau lazim, atau muta'adi yg telah tercukupi maf'ulnya
a. contoh yang fi'il syaratnya naaqis:
مَنْ يكُنْ صَاحبَ حَقِّ لا يَتَنَازَلْ عَنْ حَقِّهِ
man yakun shohiba haqqin laa yatanaazal 'an haqqihi
"Barang siapa yang memilih hak, maka janganlah menyerah dari haknya"
Man: isim syarat yg menjazikan, mahal rafa' sbg mubtada'
Yakun: fi'il mudhori' naaqis, dijazimkan oleh man yg alamatnya sukun,
dan isimnya dibuang yang taqdiranya "huwa"
Shohiba : mansub dengan fathah sbg khobarnya yakun, ia adl mudhof
Haqqin : mudhof ilaih, majrur dg kasroh
Laa : huruf naahi yang menjazimkan
yatanaazal : fi'il mudhori yg dijazimkan oleh "laa" yang alamatnya
sukun, dan failnya dibuang, taqdiranya "huwa"'An : huruf jar
Haqqi : majrur oleh 'an, alamatnya adl kasroh, dan ia adalah mudhof
ha : isim dhomir mabni kasroh,mudhof ilaih, mahal jar
Jumlah Yakun : sbg syarat dan sbg khobar, mahal rafa'
Jumlah Laa yatanaazal : mahal jazm sbg jawab syarat
b. contoh yg syaratnya fi'il lazim
مَنْ صَبَرَ نَالَ
man shobaro naala
"barangsiapa bersabar, maka akan mendapatkan"
man : isim syarat yg menjazimkan, mahal rafa' sbg mubtada, mabni
sukun
shobaro : fi'il madhi, mabni fathah, mahal jazm sbg fi'il syarat, failnya
tersimpan yg taqdiranya "huwa"
naala : fi'il madhi, mabni fathah, mahal jazm sbg fi'il jawab, failnya
tersimpan yg taqdiranya "huwa"
jumlah shobao: mahal rafa' sbg khobar
c. yang fi'il syaratnya muta'adi yg tercukupi maf'ulnya
مَنْ يَعْْمَلْ سُوْاءً يُجْزَ بِهِ
man ya'mal suu-an, yujza bihi
"barangsiapa melakukan kejelekan, maka akan dibalas sebab kejelekan tsb"
man: isim syarat yg menjazimkan, mabni sukun, mahal rafa' sbgmubtada'
ya'mal : fi'il mudhori', dibaca jazm sbg fi'il syarat, failnya tersimpan,
taqdiranya "huwa" yg kembalinya ke "man"
suu-an : maf'ul bih, dibaca nasab dg tanda fathah
yujza: fi'il mudhori, dibaca jazm dg tanda membuang huruf 'ilat (alif),
yang merupakan jawab syarat
ba': huruf jar mabni kasroh
ha : isim dhomir, mabni kasroh, mahal jar
jar-majrur (bihi), terkait (ta'aluqnya) dg yujza.
khobar "man" pada contoh di atas ada tiga pendapat: (i) pd jawabnya (ii) pada syaratnya (iii) pada dua-duanya secara bersamaan
2) nasab sbg maf'ul bih
Hal ini ketika setelahnya adl fi'il muta'adi yg belum tercukupi maf'ulnya
مَنْ تُكَافِئْ أكَافِئْهُ
man tukaafi', ukaafi'hu
"siapapun orang yang kau hargai, aku akan menghargainya"
man : isim syarat yg menjazimkan, mabni sukun, tidak bermahal
tukaafi' : fi'il mudhori, dijazamkan oleh "man" sbg fi'il syarat, tandanya
sukun, fai'ilnya adalah dhomir yang tersimpan, taqdirannya "anta"
ukaafi' : fi'il mudhori, dijazimkan oleh "man" sbg fi'il jawab, tandanya
sukun, dan failnya dhomir yg tersimpan taqdiranya "anaa"
ha : dhomir muttasil, mabni dhommah, mahal nasab, yg kembalinya ke
"man"
3) jar dg harf jar
yaitu ketika didahului oleh huruf jar,
على مَنْْ تُسَلّمْ أُسَلِّمْ
'alaa man tusallim, usallim
siapapun yang kau hormati (beri salam), maka aku juga akan menghormati (menyalami)
4) Jar sbg mudhof ilaih
Yaitu ketika didahului oleh isim nakiroh yg butuh untuk dima'rifatkan
كِتَابَ مَنْ تقرأ أقرأ
kitaaba man taqro', aqro'
B. Man Istifhamiyyah
yaitu isim istifham yg digunakan untuk menanyakan sesuatu yang berakal
"Man ini" mabni sukun dan mahalnya adalah:
1) Rafa' sbg mubtada': yaitu ketika:
a. setelahnya adalah fi'il lazim
من ضحِكَ ؟
man dhzohika?
siapakah yang tertawa
man: isim istifham, mabni sukun, mahalnya rafa' sbg mubtada'
dhzohika: fi'il madhzi,mabni fathah, failnya dhomir yg tersimpan
taqdiranya "huwa" yg kembali ke "man". jumlah dhohika mahalnya rafa'
sbg khobarnya "man"
b. setelahnya berupa fi'il muta'adi yang maf'ulnya telah terpenuhi
من كافأك
man kaafa-aka
siapakah yang menghadiahi kamu?
man : isim istifham, mabni sukun mahal rafa' sbg mubtada
kaafa-a : fi'il madhzi mabni fathah, fa'ilnya tersimpan yg taqdiranya
"huwa" serta kembalinya ke "man"
kaf : dhommir muttasil mabni fathah, mahal nasab sbg maf'ul bih.
c. setelahnya berupa isim (yang ditanyakan)
من القادم؟
man alqoodimu?
siapakah yang datang?
man: isim istifham, mabni sukun, mahal rafa' sbg mubtadaal qoodimu: dibaca rafa' sbg khobar, tandanya dhommah (isim mufrod)
d. setelahnya berupa jumlah ismiyah
من هو معلِّمُكم؟
man huwa muallimukum?
siapakah yang mjd guru kalian?
man : isim istifham, mabni sukun, mahal rafa' sbg mubtada' dan
khobarnya adalah jumlah " huwa mu'allimukum"
huwa: dhomir munfasil (kembalinya ke man), mabni fathah, mahal rafa' sbg mubtada'
mu'allimu: dibaca rafa' sbg khobarnya "huwa", ia adalh mudhof
kum: dhommir muttasil, mabni sukun, mahal jar sbg mudhof ilaih.
e. setelahnya adl sibh jumlah (dhorof atau jar majrur)
من فى الملعب؟
man fii al mal'ab
siapakah yang berada di tempat bermain?
<i'rob sudah jelas>
f. setelahnya berupa fi'il naaqis
من كان يضحك؟
man kaana yadhzhaku?
siapakah yang tertawa?
<i'rob sudah jelas>
2) Nasab sebagi maf'ul bih
Yaitu ketika setelahnya berupa fi'il muta'adi yang belum tercukupi maf'ulnya
من تُحِبُّ؟
man tuhibbu?
siapakah yang kau suka?
<i'rob sudah jelas>
3) Jar dg huruf jar
yaitu ketika didahului huruf jar
منْ اِسْتَعَنْتَ على بناءِ بيتِكَ؟
man ista'anta 'ala bannaai baitika?
siapakah yang kau mintai tolond untuk membangun rumahmu?
<i'rob sudah jelas>
4) jar sbg mudhof ilaih
yaitu ketika didahului isim nakiroh yang butuh untuk dima'rifatkan
كتَابَ منْ قرأتَ؟
kitaaba man qoro'ta?
buku siapakah yang kau baca?
<i'rob sudah jelas>
III. Kesimpulan
Man syartiyyah adalah isim syarat yang menjazimkan, yang butuh dua fi'il yg kemudian dijazimkan, atau keduanya mempunyai bermahal jazm (jk fi'ilnya madhi), serta "Man" tsb mabni sukun.
yaitu isim istifham yg digunakan untuk menanyakan sesuatu yang berakal.
Daftar Pustaka
metodologi pembelajaran bahasa Arab oleh Drs H. Ahmad Izzan, M. Ag hal : 128
Tidak ada komentar:
Posting Komentar